III

Kemudian Sang Putri menaruh bahtera tersebut di air dan malam itu arus laut yang kuat membawanya berlabuh pada Pulau yang baru saja disebutkan. Syukurlah pasang sedang tinggi dan membawa Bahtera itu jauh ke pantai, lebih jauh dari yang pernah terjadi sebelumnya (pasang naik tinggi sekali pada satu kali dalam setahun) dan membuat Bahtera tersebut terdampar pada tetumbuhan, lebat dengan Pepohonan, tempat yang nyaman, terlindung dari Angin dan Hujan dan tertutup dari Sinar Matahari, tidak ada yang dapat menembus tetumbuhan itu. Saat pasangnya surut, Bahtera itu tertinggal dan Angin menghembuskan banyak pasir diantara Bahtera dan Laut, cukup untuk mengamankan Bahtera dari bahaya lain seperti banjir.

II



Pada Daerah Pusat Lingkaran Cahaya, dimana Matahari berada vertikal pada penghuni pulau, disanalah panas yang ekstrem terjadi; dan sebaliknya terdapat Negara-negara paling dingin, dimana Matahari paling jauh dari kedudukan vertikalnya. Begitulah jika ada suatu tempat dimana Matahari selalu berada vertikal terhadap tempat tersebut, tempat itu pastilah sangat panas. Kejadian ini didemonstrasikan di Astronomi, dimana Matahari berada Vertikal hanya terjadi dalam dua kali dalam setahun, bagian bumi yang berada dibawah garis Khatulistiwa, saat Matahari memasuki konstelasi Aries dan Libra; dan kemudian beranjak naik, 6 bulan ke utara, dan 6 bulan ke selatan; karena itu lah daerah tersebut tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, tetapi Beriklim Sedang diantara keduanya. Banyak lagi teori yang bisa disebutkan dalam Argumen ini, sehingga dapat menjelaskan keseluruhan argumen ini, tapi hal ini tidak diperlukan dalam tujuan kita; Sekilas aku jelaskan argumenku, karena terdapat kemungkinan bahwa seorang Manusia dapat terbentuk tanpa bantuan seorang Ibu dan seorang Ayah pada daerah ini, dan terdapat pula bukti positif bahwa Hayy Ibn Yaqzan benar seperti itu adanya, sementara lainnya menolak, dan Cerita itu seperti berikut:

Mereka berkata, tidak jauh dari pulau kita, terdapat sebuah Pulau Besar yang sangat subur dan makmur; dikuasai oleh Seorang Pangeran yang Congkak dan Iri Hati; beliau memiliki seorang Adik Perempuan yang sangat cantik, yang beliau jaga dan tidak ada yang bisa menikahinya, karena tidak ada seseorang pun yang dapat menandingi derajat dan kualitasnya. Pangeran memiliki hubungan dekat dengan seorang bernama Yaqzan, yang menikahi Sang Putri diam-diam, berdasarkan Upacara Pernikahan Agama diantara keduanya: tidak lama Sang Putri mengandung dan melahirkan seorang Putra; takut terbongkar rahasianya, Sang Putri membawanya pergi pada suatu Sore, dan setelah disusuinya Sang Putra hingga kenyang, lalu Sang Putri menaruhnya di bahtera yang tertutup rapat, dan Sang Putri membawanya ke Ujung Laut, bersama beberapa Pelayan dan Teman yang dapat dia percaya; dan dengan Hati terisi penuh antara Cinta dan Ketakutan, Sang Putri berpamitan dengan Kata-kata ini: Oh Tuhan, Kau membentuk Anak ini dari Kehampaan dan menjaganya dalam Tidur gelap di Rahimku hingga dia menjadi sempurna; Aku, takut akan Kejahatan Raja yang Congkak dan tidak adil, kuserahkan dia pada KebesaranMu, harapanku padaMu yang maha pengasih agar bersedia menjaganya dan tiada pernah dia kekurangan dalam Perlindunganmu.

I



Para tetua kita yang bijak (semoga Tuhan melimpahkan rahmat kepada mereka!) bercerita, tersebutlah sebuah Pulau India, terletak di daerah Garis Khatulistiwa, dimana Manusia terwujud ke dunia secara langsung tanpa perantara Ayah dan Ibu. Pulau ini dilimpahi temperatur yang seimbang dan sempurna dibandingkan belahan dunia lainnya karena Pulau ini menerima Cahaya di titik yang paling tinggi di Surga, walau pun harus dikatakan pernyataan ini bertentangan dengan pendapat kebanyakan filsuf dan fisikawan ternama. Mereka membuktikan bahwa Iklim keempat memiliki temperatur yang seimbang dari semua wilayah tak berpenghuni. Sekarang, jika mereka mengatakan hal ini karena mereka yakin tidak ada wilayah yang tidak berpenghuni dibawah Garis Khatulistiwa karena hal-hal tidak berwujud, pernyataan mereka mengenai Iklim keempat adalah Iklim yang paling seimbang dari semua Tempat di seluruh Dunia akan memiliki alasan. Tetapi jika alasan mereka, karena tingginya Panas dari pulau-pulau yang berada di bawah Garis Khatulistiwa (seperti yang dinyatakan oleh sebagian besar mereka) adalah salah sepenuhnya, dan bukti tak terbantahkan menyatakan sebaliknya. Bukti ditunjukkan oleh Filosofi Alam (Natural Philosophy), yaitu tidak ada sebab lain dari Panas daripada Gerakan, atau Kontak dengan Benda Panas atau Cahaya. Hal ini juga membuktikan bahwa Matahari hakikatnya tidak panas mau pun memiliki nilai Temperatur. Lebih lanjut hal ini membuktikan bahwa benda buram dan mengkilat menerima Cahaya hampir sepenuhnya dan berikutnya benda buram tapi tidak mengkilat dan benda lain dengan tanpa karakteristik keburaman tidak menerima Cahaya sama sekali. (Hal ini didemonstrasikan pertama kali oleh Avicenna, belum pernah disebutkan dari zaman sebelum beliau). Dari pernyataan ini, sebagai Konsekuensi adalah hal sebagai berikut; Matahari tidak mengkomunikasikan Panas miliknya ke Bumi, seperti halnya Benda/Sistem yang Panas memanaskan Benda/Sistem lain yang dekat dengannya, karena Matahari pada hakikatnya tidak panas. Begitu juga tidak bisa dikatakan bahwa Bumi dipanaskan oleh Gerakan, karena Bumi pada hakikatnya diam dan mempertahankan postur yang sama, ketika Matahari menyinari Bumi dan saat Matahari tidak menyinari Bumi, dan keduanya merupakan bukti bahwa terdapat perbedaan yang jauh antar keduanya, dalam hal Panas dan Dingin. Tidak juga Matahari memanaskan Udara mula-mula lalu Bumi; karena kita dapat amati ketika cuaca panas bahwa Udara yang berada paling dekat dengan Bumi jauh lebih panas dibandingkan dengan yang berada lebih tinggi dan terpencil. Oleh karena itu Matahari memanaskan Bumi tidak lain adalah dengan Cahayanya, Panas terbentuk ketika ada Cahaya, jadi ketika Sinar Matahari dikumpulkan, seperti ketika menggunakan lup, benda yang berada dibawahnya akan terbakar. Pada akhirnya terbukti secara ilmiah bahwa Matahari berbentuk bola, begitu juga Bumi, dan ukuran Matahari jauh lebih besar daripada Bumi, dan wilayah pertengahan dari Bumi selalu tersinari oleh cahaya Matahari, dan pada bagian yang selalu tersinari oleh cahaya Matahari ini intensitas Cahaya paling tinggi berada di tengah. Hal ini disebabkan oleh dua hal, bagian tersebut berada paling jauh dari kegelapan dan bagian tersebut menyediakan permukaan yang lebih luas kepada Matahari, serta bagian yang berada dekat disekitar khatulistiwa mendapatkan lebih sedikit Cahaya dan semakin jauh semakin sedikit mendapat cahaya, kemudian berakhir dalam kegelapan.


Pengaruh Pemikiran

Perjalanan Hayy merupakan simbolisasi filosofi Ibn Tufayl. periodisasi tiap tujuh tahunan perjalanan Hayy sangat penting dan krusial. Langit-langit ruangan Comares (Ruangan Raja) di Alhambra, Granada, menggambarkan hal ini.

Sejarawan José Miguel Puerta Vilchez menginterpretasikannya sebagai ketujuh surga dan teori Neoplatonis tentang kejadian (emanation) yang merupakan inti cerita Hayy Ibn Yaqzan. Kebijakan manusia melalui proses kesadaran diri dan evaluasi diri yang mumpuni dapat mencapai sumber kebijaksanaan itu sendiri.

Ibn Tufayl pada bagian introduction (prakata) menyatakan dengan jelas ketegangan yang muncul antara filsafat empiris dengan ortodoksi agama. Pandangannya terhadap logika Aristoteles yang mempengaruhi pemikiran Islam membuatnya mengkritik cendikiawan muslim sebelum dirinya, Al Farabi dan Ibnu Bajjah, karena penyelesaian pencarian keduanya akan kebenaran berdasarkan kebenaran keyakinan. Ibn Tufayl kemudian menyebutkan hutang budinya kepada Ibnu Sina dengan menyebutnya “Pangeran Filsuf” serta penghormatannya kepada Al Ghazali dengan menyebutnya “Guru”.

Al Gahazali hidup pada abad ke-11 di masa Islam Sunni mendapatkan tantangan perpecahan dari dalam. Salah satunya adalah Ibnu Sina yang mengembangkan falsafah rasionalisme klinis yang berakar kuat pada logika Aristoteles dan metafisika esoterismik untuk menjelaskan penciptaan eksistensi dah wahyu sehingga sedikit sekali memberikan ruang bagi keajaiban. Disisi lain terdapat mistisisme Sufi dengan pencarian makna Tuhan secara langsung tanpa media dan transendental, melebihi penalaran dan kebiasaan kehidupan islami sehari-hari.

Al Ghazali menjembatani keduanya. Persetujuannya terhadap nilai-nilai dalam pendekatan sistematik falsafah tidak berarti mengikuti dan mengambil semua kesimpulannya. Mengenai mistisisme, ilmu pengetahuan bisa didapat dari kontemplasi dengan mempertegas sentralitas Nabi Muhammad dan wahyu-wahyu Allah di Al Qur’an.

Ibnu Tufayl mengikuti jalan Al Ghazali ini. Seperti kata-kata Ibn Tufayl sendiri, orang yang tidak mempedulikan ilmu pengetahuan akan membuat pernyataan palsu akan pengalamannya mendapatkan kebenaran sejati. Pemikiran inilah yang kemudian bergulir menjadi inspirasi melintasi zaman, pemikir dan pemimpin di Eropa, baik Muslim, Kristen mau pun Yahudi.

Moses Maimonides memulai kontroversi di sinagog-sinagog pada abad ke-14 dengan Kontroversi Maimonides. Filsuf dan rasionalis yahudi Cordova abad ke-12 ini memiliki pertanyaan yang mirip dengan apa yang diutarakan Ibn Tufayl: Sampai sejauh mana rasionalisme diterima sebagai jalan untuk memahami Tuhan dan pada titik apa rasionalisme menjadi ajaran sesat?

Satu sisi pembela Maimonides, yaitu kebanyakan kaum Yahudi di Utara, sekarang Perancis Selatan. Mereka memiliki misi pencarian harmonisasi Judaisme dengan rasionalisme Aristoteles. Satu sisi lainnya pembela ketua Rabbi Yahudi ortodok yang berpusat di Barcelona. Mereka mengkhawatirkan pemikiran ini akan menyesatkan kaum Yahudi dari keimanannya.

Filsuf dan dokter Yahudi dari Perpignon, Moses Narboni, mendukung Maimonides. Narboni telah mempelajari pemikiran Maimonides sejak berusia 13 tahun, mempelajari pengobatan dan menulis komentar mengenai Alkitab dan filsafat. Narboni menyanggah pendapat Neo-platonis Maimonides....

Humanis Yahudi Italia, Yohanan Alemanno, mendapatkan Yehiel Ben-Uriel pada akhir abad ke-15 di Florence. Alemanno dengan superkomentar (komentar dari komentar) Yehiel Ben-Uriel dan ketakjubannya dengan Hayy Ibnu Yaqzan menuliskan sebuah opus, Hai ha-Olamin. Opus yang menceritakan tentang pencapaian kesempurnaan atau kesatuan dengan Tuhan melalui kacamata filsafat dan pengetahuan Arab dan Yahudi. 

Giovanni Pico della Mirandola (lahir 1463), murid Alemanno, merupakan humanis dan filsuf awal Rennaisance jenius yang menjadi favorit Tuan dikotanya, Lorenzo di Medici. Sebagai seorang humanis, Pico sangat berambisi untuk mencari hubungan ajaran Kaballah dan Kristen. De Hominis Dignitate (Oration on the Dignity of Man) merupakan karyanya mengenai ungkapan Yunani, “manusia adalah ukuran segala hal”. Orasinya merupakan gabungan dari pandangan humanisnya dengan ajaran[1] Islam.

Pico juga menuliskan Heptaplus yang berisi jejak pemikiran Alemanno dan Ibn Tufayl. Heptaplus merupakan komentar dari Kitab Kejadian. Pico menyatakan bahwa manusia, setelah kehidupannya mengabdi kepada pengetahuan dan refleksi spiritual, ditakdirkan untuk naik, melintasi dunia ini dan bersuka cita untuk berkumpul kembali bersama Tuhan. Seperti imbalan terhadap ketidaksempurnaan, manusia bersatu kembali kepada kesempurnaan. Pico atau Alemanno mempublikasikan Hayy Ibn Yaqzan dalam bahasa latin di tahun 1493. Di tahun yang sama dengan kematian Lorenzo dan penangkapan Pico.

Di inggris, filsuf dan negarawan, Thomas More, mengambil inspirasi dari pandangan Pico dan Ibn Tufayl untuk merumuskan teorinya tentang hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan masyarakat. Peradaban ideal dalam cerita filsafatnya, Utopia, seirama dengan topik autodidak. Salah satunya adalah More membuat setting tempat berupa pulau yang terisolasi dari kebudayaan lainnya.

Sementara Francis Bacon, dikenal dengan Bapak Empirisme, juga memiiliki pulau utopisnya sendiri dalam karyanya, New Atlantis. Heptaplus dan Hayy mempengaruhi pemikirannya dalam pandangan Bacon mengenai masyarakat terisolir dimana penghuninya tidak hanya religius, tapi juga berdedikasi dalam mencari pengetahuan.

Di London, terdapat Salomon’s House, sebuah institusi riset yang pada tahun 1660 menginspirasi terbentuknya Royal Society of London demi pengetahuan alam. Di masa awal terbentuknya komunitas ini memilih Isaac Newton sebagai presidennya. Pada masa Newton juga motto dari pandangan autodidak Pico yang berakar dari syair Horace dipilih: Nullius in verba (Jangan percaya kata-kata orang begitu saja).

Di Perancis, Bapak Rasionalisme, René Descartes mengabil intisari pandangan Ibn Tufayl ketika menyatakan eksistensi diri dengan kata-kata: Cogito ergo sum (Aku berpikir, maka aku ada). Satu generasi berikutnya, Voltaire menulis cerita Zadig. Tokoh utamanya, Candide, lahir di surga 

Di Spanyol, filsuf Jesuit Balthasar Gracian menyusun novel Criticon (The Critic) yang dipublikasikan pada pertengahan 1650. Novel ini menceritakan seorang manusia yang dimana separuh awal hidupnya berada dalam gua terisolasi. Orang ini dibesarkan oleh binatang buas tanpa mau peduli dengan peradaban yang ada. Dia kemudian menilai bahwa mereka sudah kehilangan arti sehingga orang ini mencari kebenaran melalui alam.

Banyak kritikus berargumen sejauh mana Gracian dipengaruhi oleh Hayy. Tetapi tulisan Gracian ini berpengaruh besar terhadap pemikiran filsuf Jerman Arthur Schopenhauer. Yang kemudian hari mempengaruhi pemikir-pemikir setelah masanya, yaitu Friedrich Nietzche dan Albert Camus. 

Autodidakisme Ibnu Tufayl merupakan pondasi masa pencerahan di Eropa. Immanuel Kant menuliskan masa ini sebagai masa dimana manusia bergantung pada keberanian dan keputusannya sendiri sampai pada pemahaman dirinya sendiri. Pada masa ini juga lah Daniel Defoe menulis kisah Robinson Crusoe.

Kisah Hayy dialihbahasakan ke bahasa latin oleh Edward Pococke dibawah bimbingan ayahnya, Edward Pococke Sr. Yang merupakan profesor kebudayaan Arab di Oxford. Ayahnya lebih dahulu mendapatkan salinan Hayy abad ke-14, 40 tahun sebelumnya sewaktu dia menjabat sebagai chaplain untuk Levant Company, perusahaan perdagangan yang disewa oleh Ratu Elizabeth I.

Promosi yang getol oleh Edward Pococke Sr. membuat banyak orang meminta salinannya. Kemudian lebih banyak edisi alihbahasa lain diterbitkan. Edisi alihbahasa Belanda diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1672 dan pada tahun 1701 muncul cetakan keduanya. Banyak orang berpendapat bahwa filsuf rasionalis, Baruch Spinoza, adalah penerjemahnya.

Dua tahun kemudian, George Keith, mengalihbahasakan edisi Arab-Latin milik Pococke menjadi bahasa Inggris. Tetapi Keith salah mengartikan doe menjadi kambing betina. Walaupun begitu, Keith menuliskan pada bagian prakata miliknya bahwa banyak hal positif yang sesuai dengan prinsip Kristen. Salah satunya adalah penggambaran sejauh mana pengetahuan manusia yang mata spiritualnya terbuka, berbeda dengan pengetahuan yang didapatkan manusia dari sekedar melalui mendengarkan dan perkataan bahkan membaca. Pemikiran yang identik dengan Pico, Narboni, Ibnu Tufayl dan pendahulunya--yang sejalan dengan kepercayaan Quaker mengenai doktrin Cahaya Dalam (inner light) yaitu saving Light and grace. Robert Barclay mengungkapkannya pada bukunya Apology for the True Christian Divinity, manifesto Quaker awal. Edisi alihbahasa Inggris lainnya keluar pada tahun 1708 oleh George Ashwell dan Ockley.

Tutor Edward Pococke Jr., John Locke mengerjakan esainya berjudul Essay Concerning Human Understanding, pada tahun yg sama dengan Philosopus Autodidacticus diterbitkan. Seperti Hayy, Locke dalam esainya mengatakan bahwa pemikiran manusia pada saat lahir seperti kertas putih yang secara bertahap tumbuh dan berkembang melalui akumuladi dari pengalaman hidupnya. Pemikir Pencerahan berikutnya, seperti David Hume dan George Berkeley, menarik pemikiran mereka dari esai Locke dalam mengembangkan filosofi mereka. 

Defoe dengan Robinson Crusoe-nya sendiri mengambil hati Samuel Taylor Coleridge yang merepresentasikan manusia secara umum pada Crusoe, Rousseau dengan tokoh novelnya Emile dan Virginia Woolf yang menyatakan bahwa Crusoe membujuk semua orang untuk melihat pulau terpencil dan jiwa manusia yang terisolasi



[1] Abdala the Saracen ketika ditanya, “apa kah di dunia ini, pada saat ini, yang bisa dianggap dan pantas disebut sebagai anugrah?” menjawab “Tidak ada yang dapat disebutkan, kecuali manusia.”

Sejarah Ibnu Tufayl

Sedikit tulisan yang menyebutkan sejarah Ibnu Tufayl. Di barat orang lebih mengenal Abubacer atau nama lengkap beliau adalah Abu Bakar Muhammad bin ‘Abd al-Malik bin Tufayl al-Qaisi.

Ibnu Tufayl lahir sekitar tahun 1116 di Guadix, Spanyol. Seorang sejarawan Maroko, Abdulwahid al-Marrakushi, menyatakan bahwa Ibnu Tufayl belajar banyak pada cendikiawan besar Andalusia. Ibnu Tufayl sendiri memiliki ketertarikan terhadap menyelaraskan pengetahuan (filosofis) dengan hukum (agama).

Nama Ibnu Tufayl mulai besar saat beliau menginjak usia 30 tahun (tahun 1147). Kunjungannya ke Marrakesh dengan Ibnu Milhan (mantan penguasa Guadix) untuk memenuhi panggilan khalifah Abdul al Mu’min untuk mengawasi konstruksi sistem irigasi kebun istana memberi kesan yang dalam bagi Sang Khalifah. Beliau lalu mengangkat Ibnu Tufayl menjadi sekretaris pribadi anaknya, Abu Said. Setelah kematian Khalifah Al Mu’min pada tahun 1163, Ibn Tufayl menjadi dokter pribadi khalifah berikutnya, Abu Yaqub Yusuf, hingga meninggal pada tahun 1184. Selama masa inilah Ibnu Tufayl membangun reputasinya di bidang ilmu pengetahuan, matematika dan pengobatan.

Di tahun terakhir hidupnya, beliau habiskan untuk menulis Hayy. Saat yang tepat di tempat yang tepat. Karena pada masa disnasti Almohad, filsafat, secara umum, tidak disetujui/dilarang. Untung bagi Ibnu Tufayl, Khalifah Abu Yaqub Yusuf memiliki ketertarikan yang sama dengan dua pendahulunya. Sang Khalifah secara rutin mengumpulkan buku dari seluruh penjuru Spanyol dan Afrika Utara. Beliau juga mengumpulkan orang-orang berilmu, khususnya pemikir-pemikir, hingga beliau memiliki lebih banyak pemikir daripada penguasa-penguasa yang ada di Barat. Sang Khalifah secara khusus menyukai Ibnu Tufayl hingga membuat Ibnu Tufayl tinggal di istana sang khalifah siang dan malam bahkan hingga tidak keluar dari istana selama berhari-hari.

Sekilas


Semua orang tentu familiar dengan cerita Tarzan atau Robinson Crusoe. Seorang anak manusia yang tumbuh besar tanpa sentuhan manusia tapi memiliki induk seekor binatang. Dia berjuang bertahan hidup dengan kemampuan dirinya sendiri. Kemudian datang manusia lain, Jane, atau Friday, dan mereka saling berbagi dunia. Genre cerita yang sudah berabad-abad lamanya menjadi karya best-seller di jamannya. Tetapi benih ketiga kisah tersebut jauh tumbuh ratusan tahun sebelumnya. 

Adalah Cerita Hayy Ibnu Yaqzan ditulis oleh seorang filsuf Andalusia pada abad ke-12, Ibnu Tufayl. Enam puluh bab kisah ini merupakan perjalanan hidup seorang manusia mencapai kebenaran sejati. Sama seperti perjalanan Hayy, cerita ini merupakan tulisan satu-satunya Ibnu Tufayl yang selamat dalam perjalanan sejarah panjang kesultanan Almohad di Andalusia dan Maroko, istana-istana Renaissance Italia, universitas-universitas Oxford dan Cambridge serta kedai-kedai kopi London.